Rabu, 16 Oktober 2013

Semua Berawal dari HATI


Sudah lama rasanya aku bersama dia, kadang aku merasakan titik jenuh. Hari demi hari aku lewati bersamanya, tawa, canda, sedih, hingga konflik selalu mengisi hari-hariku dengannya. Kadang aku sudah merasa bahwa tak ada lagi kecocokan diantara aku dan dia. Tak jarang pula aku selalu berkata kepadanya untuk mengakhiri semuanya. Ntah kenapa aku bisa berpikir seperti itu, jujur aku lelah dengan semuanya. Kebohongannya selalu menjadi mimpi burukku di malam hari. Ketika aku harus menangis di dalam hati saat meminta mengakhiri hubungan, aku juga tak tega dengannya yang selalu mempertahankan hubungan ini.
Hampir lima tahun aku menjalani kehidupan dengannya, menurutku itu waktu yang tidak sedikit. Aku sangat lelah dengan konflik-konflik yang selalu muncul. Berawal dari masalah kecil yang menjadi besar. Aku sendiri tak tahu apakah itu semua terjadi karena kejenuhan di dalam hubungan ini.
Oh...Tuhan, jika memang ia jodohku, tolong berikanlah aku selalu kesabaran dalam menjalani hidup dengannya. Tetapi jika ia tidak ditakdirkan bersamaku, berikanlah dia kesadaran untuk mau melupakanku. Aku tak tega jika ia tak bisa menjalani hidup sendiri tanpa adanya seorang yang mengerti tentangnya. Jujur aku tak bisa membahagiakan dia Tuhan, dia selalu menjadi malaikatku, tapi kadang dia seperti mawar yang berduri. Ketika aku melihat keindahannya, dia akan siap membuatku tertusuk durinya tanpa ia mau.
Apa yang harus aku lakukan, apakah dengan tidak berkomunikasi selama beberapa hari akan mengurangi kejenuhan ini. Tapi ia selalu menolak jika aku meminta ia jangan menghubungiku dulu. Setelah aku di semarang, dia selalu ada disampingku, setiap hari wajahnya selalu tampak di depanku. Walau mungkin itu hanya 1-2 jam setiap hari, mungkin juga tidak ada 30 menit. Ia selalu menyempatkan untuk melihatku setiap harinya. Dia pernah berkata kepadaku saat aku takut hidup sendiri di semarang, “Jangan takut de, ade harus inget kalau ade ga sendiri, disini ada mas. Mas siap bantuin ade apapun kalau ade butuh mas.” Ucapannya membuatku semakin tak enak hati.
Dia selalu meyakinkan diri bahwa aku akan menjadi istrinya kelak, tapi aku sangat takut. Amat sangat takut jika ia selalu berkata bahwa ia yakin aku akan menjadi jodohnya. Aku selalu percaya dengan campur tangan Allah dan kehendaknya. Yang aku takutkan jika aku sangat mencintainya dan selama berputarnya waktu aku selalu bersamanya. Dan ketika takdir berkata lain, dengan tiba-tiba ia dipisahkan dariku dengan cara yang tak aku duga, apa yang selanjutnya akan terjadi padaku? Itulah hal yang sangat aku takutkan, aku tak ingin terlalu mencintainya, aku takut tak bisa menerima kenyataan kalau ia tak lagi denganku.
Tuhan... apa yang harus aku lakukan?
.AF.

Tidak ada komentar :