Siapa diantara
Anda yang pernah melihat film berjudul “I Not Stupid Too 2” ?
Film tersebut
adalah film singapura tahun 2006 dan merupakan film yang bergenre komedi. Film
ini menggambarkan kehidupan nyata pendidikan orang tua kepada anak-anaknya yang
dianggap benar tetapi mereka salah besar dalam mendidik anak. Dibintangi oleh 3
aktor anak berusia sekitar 8-15 tahun, film ini begitu menyentuh dan tergambar
nyata betapa buruknya pola pengasuhan anak di dalam masyarakat kita. Seharusnya
film ini bisa dijadikan contoh untuk para orangtua dan pendidik di sekolah
dalam memahami seorang anak.
Sebagai orangtua,
menasihati anak memang penting supaya anak tidak berprilaku nakal. Tetapi, cara
orangtua dalam menasihati anak itu yang salah. Untuk dapat membuat anak mau
mendengarkan Anda sebagai orangtua, maka latihlah mereka untuk mendengarkan Anda
sejak dini. Anda juga harus mau mendengarkan mereka dan berkatalah selembut
mungkin kepada mereka supaya mereka memahi apa yang Anda inginkan dari mereka.
KALIMAT
POSITIF
Menurut Dr.
Rose Mini A.P., M.Psi., psikologi anak, Si kecil hanya tertarik mendengar hal
yang menyenangkan. Jadi, cara Anda menyampaikan nasihat pun perlu diubah,
sehingga tak terkesan memerintah, menyuruh, menegur, ataupun melarang. Hindarilah
menggunakan kata negatif seperti “jangan” atau “tidak boleh”. Ganti kata-kata
tersebut dengan yang lebih positif, seperti, “Boleh kok kamu makan cokelat.
Tapi bagaimana kalau kita makan nasi dan ayam dahulu, baru setelah itu makan
cokelat?”
Teriakan orangtua
mungkin berhasil bagi beberapa anak. Namun, tidak ada seorang anak pun yang
akan menikmati proses tersebut. Kebanyakan anak akan lebih mendengarkan jika
Anda menyampaikannya dengan diselingi humor. Misalnya, Anda menyampaikannya
dengan suara yang konyol atau berbicara dengan nada sebuah lagu yang diganti
liriknya. Cara ini lebih menyenangkan dibandingkan dengan ucapan, “Sikat gigimu
nanti gigimu akan bolong!” atau malah “Sikat gigimu SEKARANG!”. Selain itu,
gunakan juga kata-kata pendek atau sederhana dan tidak terlalu berbelit-belit. Semakin
Anda bertele-tele, maka Si Kecil akan semakin menutup telinganya.
KONTAK
MATA
Posisikan badan
Anda sejajar dengan Si Kecil ketika berbicara. Dengan begitu, perhatiannya
lebih mudah terfokus dan menangkap pesan Anda. Jika ia terlihat tidak
memperhatikan, sentuhlah untuk menarik perhatiannya. Kalau perlu, dekap Si
Kecil saat Anda mengajaknya berbicara. Jangan sekalipun meminta Si Kecil untuk
melakukan sesuatu selagi Anda beraktivitas, misalnya sambil menonton televisi
atau membaca koran. Hal ini akan membuat Si Kecil merasa dirinya tak penting,
sehingga omongan Anda pun dianggapnya tak penting. Adanya kontak mata juga
menandakan Anda bersungguh-sungguh dengan apa yang Anda ucapkan.
LAKUKAN
BERSAMA
Saat melihat
mainan Si Kecil berantakan di seluruh ruang keluarga, tak akan efektif bila
Anda hanya menyuruhnya membereskan semua. Alangkah bijak jika Anda berkata, “Ayo,
kita bereskan mainannya.” Dengan begitu, unsur perintah lebih tersamar. Sekali
lagi, anak membutuhkan contoh nyata dari orangtua. Langkah ini juga memupuk
sikap mandirinya, sekaligus mengajarkan bagaimana menjalin kerja sama. Dengan bahu-membahu,
maka pekerjaan akan lebih cepat selesai.
PERKUAT
PESAN
Ketika Anda
menyampaikan sesuatu kepada Si Kecil, lakukanlah hal lain sebagai penekanan. Misalnya
mengatakan, “Sudah waktunya tidur”, berikan isyarat visual dengan mematikan
saklar lampu. Anda juga bisa meletakan tangan di bahunya agar ia mengalihkan
perhatian dari bonekanya kepada Anda. Demonstrasikan juga pesan Anda, misalnya
dengan menuntun ke tempat tidurnya dan menarik selimut.
Imbalan
dan pujian sebagai perangsang
Saat melihat kreativitas dalam diri anak, kita
akan langsung termotivasi, “Saya harus membantunya agar lebih kreatif.”
Selanjutnya kita akan ikut campur, memuji, dan memberinya imbalan. Kita percaya
bahwa motivasi yang berakar dari keinginan merai nilai bagus, mendapat piala
atau menjadi lebih baik dibandingkan orang yang duduk di kursi sebelah, adalah
kekuatan positif dan kita pun berubah menjadi anode + yang mencoba memancarkan
getaran positif sebanyak mungkin. Yang kita lupakan kreativitas adalah proses
intrinsik, sementara imbalan yang kita tawarkan itu ekstrinsik.
F. David Peat,
seorang pemrakarsa di bidang ini membedakan kedua jenis motivasi tersebut –
motivasi intrinsik dijabarkan sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu, untuk
kesenangan dan kenikmatan melakukan suatu tugas, sedangkan motivasi ekstrinsik
merupakan motivasi melakukan sesuatu demi tujuan eksternal. Menurut Amabile
(1983, 1995), “Motivasi intrinsik kondusif bagi kreativitas sedangkan motivasi
ekstrinsik hampir selalu merugikan.” Penelitian menunjukan bahwa seiring
meningkatnya motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik pasti menurun, dan
akibatnya kreativitas juga menurun. Imbalan dan pujian membuat anak-anak mencari
persetujua; mereka akhirnya melakukan sesuatu untuk membuat orang lain
terkesan, alih-alih melakukannya untuk diri mereka sendiri. Pada 1973,
pemrakarsa upaya penelitian ini, Lepper, Greene, dan Nisbett menyelidiki dampak
imbalan yang diharapkan terhadap motivasi anak-anak dan penampilan artistik. Para
peneliti ini menemukan bahwa, “Awalnya anak-anak usia prasekolah menunjukan
minat yang tinggi terhadap menggambar dengan pensil warna ajaib. Namun, ketika
diminta menggambar demi mendapat gelar Pelukis Terbaik, minat mereka untuk
menikmati tugas tersebut menurun secara signifikan.
Itulah beberapa
referensi tentang perkembangan dan pendidikan anak yang tepat. Seharusnya sebagai
orang tua kita tidak hanya mengajari anak, tapi kita juga harus belajar
bagaimana cara mendidik anak yang sesuai dengan tumbuh kembang anak dan cara
pikir seorang anak. Jadilah contoh yang baik untuknya jika kita menginginkan
anak kita menjadi seperti yang kita inginkan. Mungkin cukup dari saya, semoga
artikel kali ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Salam Alohaaaa.... :D
Sumber :
Film “I Not Stupid Too 2” oleh MediaCorp
Raintree Pictures
Majalah Mother & Baby edisi September 2013
Buku “Roots & Wings 1” oleh Raksha Bharadia, penerbit PT Gramedia
Tidak ada komentar :
Posting Komentar