Rabu, 22 Mei 2013

Dysleksia



Tanpa sengaja aku melihat adik kos sedang menonton film di leptopnya, film yang ia tonton adalah film India. Karena rasa penasaran, aku akhirnya meminta film tersebut untuk ditonton sendiri. Film yang berjudul “Taare Zameen Par” ini bercerita tentang seorang anak yang mempunyai kelemahan dalam membaca dan menulis. Anak ini bernama Ishaan Awasthi, dia sudah duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar selama hampir dua tahun, tetapi dia belum bisa menulis dan membaca dengan baik. Anak ini sangat menyukai kegiatan melukis dan berimajinasi. 

Tetapi malangnya, anak ini selalu dianggap bodoh, malas dan nakal oleh orang tua dan para gurunya. Mereka tidak menyelidiki terlebih dahulu apa yang terjadi pada diri Ishaan sehingga dia seperti itu. Guru dan orang tuanya malah selalu memarahinya dan ketika orang tuanya mengirimkan dia ke sekolah asrama, disitulah puncak ketakutannya. Dia sudah sangat-sangat depresi dengan prilaku orang-orang yang selalu mengucilkannya. Padahal dia ingin dan mampu mengingat pelajaran hanya dengan mendengarkan. Hanya dia tidak bisa mengenali huruf yang berujung tidak bisa membaca dan menulis.

Kurangnya kemampuan mengenali huruf ini disebut “Dysleksia”, seorang anak akan merasakan sulit untuk membaca dan menulis. Hal ini terjadi akibat kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. Hal ini tidak hanya mempengaruhi proses membaca dan menulis, penderita dysleksia juga susah menerima perintah yang berurutan serta mereka akan susah berkonsentrasi. Tetapi jika kita sebagai orang tua bisa mengajari anak secara perlahan-lahan dan dengan kasih sayang, gejala tersebut bisa hilang seiring dengan seringnya kita melatih motorik anak. 

Dari film “Taare Zameen Par”, kita bisa belajar menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita kelak. Ketika menonton film ini, saya berfikir bahwa usia anak-anak butuh dorongan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kita harus bisa mengenali anak dengan selalu memantau perkembangan dan prilakunya. Jangan sampai kita menyimpulkan bahwa anak kita nakal dan perlu dikerasi. Itu hal yang harus dihindari oleh para orang tua, karena kekerasan dapat menumbangkan percaya diri anak dan rasa nyaman anak kepada kita. Itulah hal yang dapat dipetik dari film “Taare Zameen Par”, untuk para pendidik juga disarankan menonton film ini, karena film ini bisa memberi pelajaran yang sangat berharga untuk para orang tua dan para pendidik bangsa.

Sekian dari saya, dan salam Alohaa... :D

Tidak ada komentar :